Minggu, 13 Mei 2012

Kesaksian Hakiki Mata Hati


          Bila hati sudah menjadi bersih maka hati akan menyinarkan cahayanya. Cahaya hati ini dinamakan Nur Kalbu. Ia akan menerangi akal lalu akal dapat memikirkan dan merenungi tentang hal-hal ketuhanan yang menguasai alam dan juga dirinya sendiri. Renungan akal terhadap dirinya sendiri membuatnya menyadari akan perjalanan hal-hal ketuhanan yang menguasai dirinya. Kesadaran ini membuatnya merasakan dengan mendalam betapa dekatnya Allah swt dengannya. Lahirlah di dalam hati nuraninya perasaan bahwa Allah selalu mengawasinya. Allah melihat segala gerak-geriknya, mendengar pertuturannya dan mengetahui bisikan hatinya. Jadilah dia seorang Mukmin yang cermat dan waspada.

Di antara sifat yang dimiliki oleh orang yang sampai kepada martabat Mukmin adalah:
1: Cermat dalam pelaksanaan hukum Allah s.w.t.
2: Hati tidak cenderung kepada harta, merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak sayang membantu orang lain dengan harta yang dimilikinya.
3: Bertaubat dengan sebenarnya (taubat nasuha) dan tidak kembali lagi kepada kejahatan.
4: rohaninya cukup kuat untuk menanggung kesusahan dengan sabar dan bertawakal kepada Allah
5: Kehalusan kerohaniannya membuatnya merasa malu kepada Allah dan merendahkan diri kepada-Nya.

 Orang Mukmin yang taat kepada Allah swt, kuat melakukan ibadat, akan meningkatlah kekuatan rohaninya. Dia akan kuat melakukan tajrid yaitu menyerahkan urusan kehidupannya kepada Allah Dia tidak lagi khawatir terhadap sesuatu yang menimpanya, walaupun bala yang besar. Dia tidak lagi menempatkan ketergantungan kepada sesama makhluk. Hatinya telah teguh dengan perasaan ridha terhadap apapun yang ditentukan Allah untuknya. Bala tidak lagi menggugat imannya dan nikmat tidak lagi menggelincirkannya. Baginya bala dan nikmat adalah sama yaitu takdir yang Allah tentukan untuknya. Apa yang Allah takdirkan itulah yang paling baik. Orang yang seperti ini selalu di dalam pengasuhan Allah karena dia telah menyerahkan dirinya kepada Allah swt Allah kurniakan kepadanya kemampuan untuk melihat dengan mata hati dan bertindak melalui Petunjuk Laduni, tidak lagi melalui pikiran, kehendak diri sendiri atau angan-angan. Pandangan mata hati pada hal ketuhanan mempengaruhi hatinya (kalbu). Dia mengalami suasana yang menyebabkan dia membantah keberadaan dirinya dan diisbatkannya kepada Wujud Allah Suasana ini timbul akibat hakikat ketuhanan yang dialami oleh hati .. Dia merasa benar-benar akan keesaan Allah bukan sekedar mempercayainya. Pengalaman tentang hakikat dikatakan memandang dengan mata hati. Mata hati melihat atau menyaksikan keesaan Allah swt dan hati merasakan akan keadaan keesaan itu. Mata hati hanya melihat kepada Wujud Allah, tidak lagi melihat kepada wujud dirinya. Orang yang di dalam suasana seperti ini telah berpisah dari sifat-sifat kemanusiaan. Dalam keadaan demikian dia tidak lagi mengindahkan peraturan masyarakat. Dia hanya mementingkan soal perhubungannya dengan Allah Soal duniawi seperti makan, minum, pakaian dan pergaulan tidak lagi mendapat perhatiannya. Kelakuannya bisa menyebabkan orang mengira dia sudah gila. Orang yang mencapai tingkat ini dikatakan mencapai makam tauhid sifat. Hatinya jelas merasakan bahwa tidak ada yang berkuasa melainkan Allah dan segala sesuatu datangnya dari Allah swt

 Rohani manusia melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan. Pada tingkat pertama terbuka mata hati dan Nur Kalbu memancar menerangi akalnya. Seorang Mukmin yang akalnya diterangi Nur Kalbu akan melihat betapa dekatnya Allah Dia melihat dengan ilmunya dan mendapat keyakinan yang dinamakan ilmul yaqin. Ilmu berhenti di situ. Pada tahap keduanya mata hati yang terbuka sudah boleh melihat. Dia tidak lagi melihat dengan mata ilmu tetapi melihat dengan mata hati. Kemampuan mata hati memandang itu dinamakan kasyaf. Kasyaf melahirkan identifikasi atau makrifat. Seseorang yang berada di dalam makam makrifat dan mendapat keyakinan melalui kasyaf dikatakan memperoleh keyakinan yang dinamakan ainul yaqin. Pada tingkat ainul yaqin makrifatnya gaib dan dia juga gaib dari dirinya sendiri. Maksud ghaib di sini adalah hilang perhatian dan kesadaran terhadap sesuatu hal .. Beginilah hukum makrifat yang terjadi. Makrifat lebih tinggi nilainya dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pencapaian terhadap persoalan yang terpecah-pecah bidangnya. Makrifat pula adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang menyeluruh yaitu hakikat kepada hakikat-hakikat. Tetapi, kesaksian mata hati jauh lebih tinggi dari ilmu dan makrifat karena kesaksian itu adalah hasil dari kemauan keras dan perjuangan yang gigih disertai dengan upaya hati dan pengalaman. Kesaksian adalah setinggi-tinggi keyakinan. Penyaksian yang paling tinggi adalah kesaksian hakiki oleh mata hati. Ia merupakan keyakinan yang paling tinggi dan dinamakan haqqul yaqin. Pada tingkat kesaksian hakiki mata hati, mata hati tidak lagi melihat kepada ketiadaan dirinya atau keberadaan dirinya, tetapi Allah dilihat dalam segala sesuatu, segala kejadian, dalam diam dan dalam tutur-kata. Penyaksian hakiki mata hati melihat-Nya tanpa dinding penutup antara kita dengan-Nya. Tidak ada lagi antara atau ruang antara kita dengan Dia. Dia berfirman:
Dan Ia (Allah) tetap bersama-sama kamu di mana saja kamu berada. (Ayat 4: Surah al-Hadiid)

Dia tidak terpisah dari kamu. Penyaksian yang hakiki ialah melihat Allah dalam segala sesuatu dan di setiap waktu. Pandangannya terhadap makhluk tidak menutup pandangannya terhadap Allah swt Inilah makam keteguhan yang dipenuhi oleh ketenangan dan kedamaian yang sejati dan tidak berubah-ubah, bernaung di bawah payung Yang Maha Agung dan Ketetapan Yang Teguh. Pada kesaksian yang hakiki tiada lagi ucapan, tiada bahasa, tiada ibarat, tiada ilmu, tiada makrifat, tiada pendengaran, tiada kesadaran, tiada hijab dan semuanya sudah tiada. Tabir hijab telah tersingkap, maka Dia dipandang tanpa ibarat, tanpa huruf, tanpa abjad. Allah swt dipandang dengan mata keyakinan bukan dengan mata zahir atau mata ilmu atau kasyaf. Yakin, semata-mata yakin bahwa Dia yang dipandang sekalipun tidak ada sesuatu pengetahuan untuk diceritakan dan tidak ada sesuatu identifikasi untuk dipamerkan.

 Orang yang memperoleh haqqul yaqin berada dalam suasana hatinya kekal bersama-sama Allah di setiap saat, setiap ruang dan setiap kondisi. Dia kembali ke kehidupan seperti manusia biasa dengan suasana hati yang demikian, di mana mata hatinya senantiasa menyaksikan Yang Hakiki. Allah dilihat dalam dua hal yang berlawanan dengan sekali pandang. Dia melihat Allah pada orang yang membunuh dan orang yang kena bunuh. Dia melihat Allah yang menghidupkan dan mematikan, menaikkan dan menjatuhkan, menggerakkan dan mendiamkan. Tidak ada lagi perkaitannya dengan keberadaan atau ketidakwujudan dirinya. Wujud Allah Esa, Allah meliputi segala sesuatu.

5 komentar:

  1. Maturnuwun ilmunya,saya tunggu postingan lebih lanjut.

    BalasHapus
  2. Maturnuwun ilmunya,saya tunggu postingan lebih lanjut.

    BalasHapus
  3. Maturnuwun ilmunya,saya tunggu postingan lebih lanjut.

    BalasHapus
  4. Assalamu'alaikum......

    Membacanya serasa Yai Tawwab sedang menasehati ku......

    BalasHapus
  5. Labbaik.... Sangat mencerahkan. Terimakasih.

    BalasHapus